Monday, May 9, 2011

Berbeda dan Sudut Pandang

Semua orang punya cerita kehidupannya masing-masing. Punya tema, setting, tokoh, sinopsis dan soundtrack yang berbeda. Berasa belajar bahasa Indonesia? Ini masih belum apa-apa, bung. belum (?) ada yang bertemakan kesedihan suka cita riang gembira duka cita dan cita-cita lainnya. settingpun pasti berbeda-beda. ada yang disini disitu dan suka-sukaku. sinopsis serta sountrackpun berbeda. kenapa sih berbeda terus dari tadi? ya karena saya suka yang beda-beda.

Tokoh. tokoh pakai H. bukan toko. tokoh yang berbeda. tokoh yang akan bermain di cerita hidupmu pasti berbeda dengan yang bermain dihidupnya hidupnya dan hidupnya yang lain. eh, tapi ada juga sih yang sama. betulan deh. misalnya cowok yang nyakitin si A sama dengan yang nyakitin si B. bukannya ga konsisten dengan 'beda' tadi cuman yaaa... emang begitu sebenarnya (?) halah.

Selain tema, setting, tokoh dan blablabla itu, ada lagi yang berbeda. yaitu, adalah, sesungguhnya yaitu adalah... sudut pandang.

Sudut pandang kita berhadapan dengan cerita hidup pasti berbeda. sudut dan cara kita memandang hidup. kenapa bisa berbeda? karena mata kita berbeda (?) oke, ulangi. kenapa bisa berbeda? karena perasaan yang kita punya berbeda. contohnya, saat orang rapuh menghadapi masalahnya, dia akan berkata ,"KEJAM!! INI MASALAH SADIS BANGET! JAHAT! KENAPA BISA BEGINI SIH? AAAH! BETE BETE BETEEE!!". Kalau orang yang tidak rapuh dan sok akan berkata ,"Masalah gituan doang? Yang lebih susah dong!" ingat. cuman contoh.

Cara kita memandang hidup mempengaruhi cara kita menyikapi masalah yang ada dihidup kita tersebut. tidak ada cara pandang yang salah. hanya kurang tepat. cara pandang yang kurang tepat menciptakan cara menyikapi masalah yang kurang tepat.

Coba kita lihat fotografer. dia mengambil gambar dengan (maaf) lebay. ada yang jinjit-jinjit, mereng-merengkan badan, ada yang sampai baring ditanah. reaksi kita cuman "lebaynya...". tapi lihat hasilnya. bagus. memuaskan. nilai seninya itulooooh. cuman agak kurang buram sebelah sini terus diatasnya kurang tajam mungkin kalau lensanya diganti agak bagus kali yaa (?) misalnya tong sampah. kalau dilihat pake mata telanjang, ajigile jelek amat. tapi saat diabadikan oleh fotografer, tong sampahnya jadi bagus. itulah hasil baring-baring ditanah, bung.

Saat menghadapi masalah di dalam cerita hidup, jadilah fotografer yang suka baring di tanah. cobalah pandang masalah dari sudut yang memudahkanmu untuk mencari jalan keluar. karena seorang fotografer akan mengambil gambar dari sudut yang tepat. itulah yang menghebatkan mereka.

No comments:

Post a Comment